Lomardasika's Blog

Februari 4, 2009

Ngangkot di Kupang dan Pulau Timor

Filed under: Nusa Tenggara Timur — lomardasika @ 9:00 am

Selepas Bandara, saya sudah merasa penat untuk melepas segala beban yang saya panggul ini. Di angkota yang menuju kota pun saya sudah pegal membawa semua barang-barang ini. Ingin segera rasanya meletakkan semua beban dan kemudian berjalan-jalan dengan bebasnya. Oleh karena itu, tujuan pertama adalah pencarian hotel untuk berteduh nanti malam dan tempat meletakkan semua barang-barang.
Dari bandara, kendaraan/angkot yang melintas adalah yang dari arah Penfui menuju pusat kota (biasa disebut dengan walikota atau berada di sekitar jalan El Tari). Angkot ini bernomor 14 atau 15 dan berbiaya Rp. 1500-2000 sekali jalan. Dari Bandara, mintalah untuk turun di walikota atau turun di Persimpangan (lebih tepat disebut pertigaan sebenarnya) Pertamina (dalam hal ini, pertamina adalah sebuah stasiun pengisian bahan bakar minyak umum alias SPBU). Kesan pertama yang sangat baik kepada angkot Kupang, ketika saya bilang saya ingin turun di walikota, mereka menurunkan saya di pertigaan Pertamina dan memberitahu saya harus naik angkot satu lagi di sisi seberang. Demikian, saya membayar 2.000 rupiah saja. Sensasi di dalam angkot sungguh tak terkira. Angkot kecil tersebut hampir keseluruhan dinding luarnya ditutupi dengan sticker gelap (sejenis kaca film) kemudian dilapisi lagi dengan siluet bintang idola, tulisan tulisan ‘gaul’, kata-kata menarik, hingga gambar artis pujaan hati dan kartun serta pahlawan pembela kebenaran. Selain di sisi luar yang meriah, di dalamnya pun meriah. Tak lupa, speaker sub woofer besar ditidurkan di bawah deretan bangku penumpang, memutarkan kencang-kencang musik yang digemari oleh sopir angkot tersebut. Apabila klasik, maka sang sopir akan memutarkan lagu-lagu Pop Timor yang sungguh sangat autentik berada di pulau yang eksotis. Apabila agak pop sedikit, maka sang sopir akan memutarkan lagu-lagu band Indonesia terkini, bahkan diselingi dengan beberapa lagu barat maupun religi nasrani. Jendela yang teramat kecil dan berada di sekitar wilayah pinggang menyulitkan kita untuk dapat melihat keluar angkot dan menerima kibasan angin dari luar. Tidak lupa, di sisi plafon angkot, dipasangi tiang panjang sebagai tempat berpegangan apabila sang supir cukup ugal-ugalan. Tidak hanya itu, tiang panjang tersebut digantungi dengan pegangan bertali sebagai tempat tangan perpegang berbentuk hati yang fancy berwarna merah muda. Sungguh berhias! ALhasil, kalau tidak tahan, maka saya jamin, pusing dan niscaya isi perut akan keluar, seperti yang saya alami di dalam angkot tersebut.
Nah, angkot ini akan melintasi jalan Timor Timur Raya sehingga saya dapat melihat ombak berdeburan kencang di sisi kanan saya. Jalanan yang tepat berada di pinggir pantai yang bertebing memang suatu pengalaman yang unik. Sangat menyenangkan bisa menumpang angkot sambil menikmati debur ombak yang kala itu cukup kencang di sebelah kanan angkot. Sejenak, mual saya terlupakan. Namun, begitu terkena terpaan angin pantai yang besar, tiba-tiba mual kembali menyerang.
Tidak jauh setelah wilayah pantai, saya tiba di pertigaan pertamina. Dari sini, anda tidak usah menyebrang ke seberang jalan. (saya bahkan sudah menyebrang jalan dan hampir menaiki angkot yang salah*karena saya tidak dapat melihat dimana nomor angkot tersebut berada* sampai sang konjak-ucapan kenek untuk bahasa Kupang- memberitahu bahwa angkot mereka tidak melewati walikota). Dari tempat anda berhenti, susurilah pom bensin tersebut hingga bertemu jalan yang berada di samping pom bensin tersebut. Disini, umumnya angkot nomor 10 telah berhenti apabila melihat adanya penumpang yang ingin menaiki jurusan ini.
Dari sini, anda akan dibawa kembali menuju jalan El Tari-jalan yang sama dengan arah bandara- untuk kemudian melewati area walikota-Terminal Oebobo dan Museum NTT. Sorry, anda belum benar-benar sampai di pusat kota. Terminal ini adalah bagian pinggir kota. Anda bisa sadari itu hanya dengan melihat lingkungan sekeliling yang sepi dan tidak begitu banyak bangunan yang terlihat. Nah, dari Terminal Bus Oebobo ini, anda bisa naik angkot nomor 7 untuk sampai ke Jalan Achmad Yani-Urip Soemohardjo (Heran, wilayah Timor, tapi pemberian nama jalan mengikuti kaidah propinsi lain). Nah, disinilah anda telah sampai di pusat kota yang sesungguhnya dengan sejumlah pusat kegiatan bisnis seperti toko, bank, pasar hingga hotel-hotel. Mungkin dari sinilah Kupang mendapatkan kesan ‘sprawled city’ seperti yang dituliskan dalam Lonely Planet. Ya, pusat kota ini tidak jelas berada dimana. Bahkan, ketika sampai pertama kali pun, saya hanya bisa menduga-duga, berbentuk seperti apakah kota ini.
Dari Jalan Urip Soemoharjo, keramaian warga mulai terlihat. Sejumlah hotel banyak tersebar di wilayah ini, terutama di wilayah Kelimutu, Tompelo, Cak Doko, Timor Timur, dan Sumatera. Saya rasa, berjalan kaki mencari hotel tidak terlalu masalah ketika anda sudah sampai di pusat kota. Namun, sebaiknya pastikan dahulu lokasi hotel yang anda kunjungi mengingat barang bawaan anda yang sudah cukup banyak sehingga anda tidak akan mati lemas di jalanan karena berputar-putar tidak menemukan lokasi yang akan anda capai. Yang terbaik, gunakan jasa ojek!

Januari 28, 2009

Sekilas Tentang Pulau Timor Di Nusa Tenggara Timur

Filed under: Nusa Tenggara Timur — lomardasika @ 7:29 am

Pulau Timor adalah pulau terselatan di Indonesia. Begitu kata suatu produk mengiklankan dirinya. Dari Timor sampai ke Talaud….Kenyataannya, Timor memang masuk dalam daerah terselatan di indonesia. Namun, wilayah terselatan bukan dipegang oleh pulau ini. Pulau Rote yang terletak di bawah pulau ini (atau justru sebuah pulau kecil di bawah Pulau Rote adalah yang memegang rekor titik terselatan dari Indonesia) adalah daerah terselatan di Indonesia. Walaupun demikian, mari kita coba melupakanlah perihal selatan atau kurang selatannya pulau ini. Kita tengok dan lihat seperti apakah pulau ini.
Secara umum, pulau ini terbagi menjadi 3 kawasan, yakni Timor Barat yang dimiliki oleh Nusa Tenggara Timur, Timor Timur (eks-propinsi ke 27 Indonesia) yang sekarang menjadi Negara Timor Leste, dan sebuah Enclave kecil di bagian timur laut Timor Barat yang bernama Ambeno yang dikuasai oleh Timor Leste. Kondisi tanah Pulau Timor dan Nusa Tenggara secara umum adalah ‘arid’. Kondisi ini secara umum dapat dikatakan sebagai kondisi yang panas dan kering seperti gurun atau semi gurun. Curah hujan yang turun di wilayah arid ini kurang dari 25 cm per tahun. Kondisi seperti ini menimbulkan kondisi alam yang dapat dikatakan ‘kurang subur’ dan bentangan alam yang biasa terlihat adalah sabana atau stepa. Begitu anda menginjakkan kaki pertama kali, anda akan memahami apa itu sabana atau stepa. Indah sekaligus unik di bentangan alam ini. Stepa adalah padang rumput atau sekedar tanah gurun tertutup rumput sementara sabana adalah padang rumput yang ‘lebih kaya’. Lebih kaya disini memiliki makna bahwa stepa tersebut juga ditumbuhi oleh semak-semak, hingga sejumlah pepohonan yang biasanya sendiri atau bergerombol. Pada saat musim penghujan atau banyak musim badai tropis di selatan (Timor terletak hingga Lintang Selatan 11° sehingga berpotensi terkena gangguan badai tropis ataupun topan), alam di Timor justru sangat indah sebab rerumputan yang tadinya meranggas kecoklatan, bisa kembali menghijau segar bersemi. Sementara itu, pada puncak musim kemarau yakni Oktober-November, kebanyakan pemandangan yang terlihat hanyalah rumput gersang kecoklatan dengan suhu harian 34°C. Di musim penghujan seperti ini, kita dapat melihat sungai yang mengalir walaupun airnya tidak seberapa. Pada musim penghujan seperti ini, ada beberapa tempat justru dilanda banjir karena daerah resapan tidak dapat menyerap air dengan baik. Sementara itu, pada musim kemarau, kekeringan hebat bisa melanda kawasan ini hingga sungainya kering dan dapat digunakan sebagai lokasi penambangan pasir. Berbeda wajah dengan wilayah timur, wilayah barat hanya dialiri sejumlah sungai. Sementara itu, Timor Leste sudah tampak seperti pulau sungai karena banyak sekali percabangan sungai yang menembus wilayah tersebut. Karena kondisi tanah dan pengairan yang seperti ini, maka tanah Timor dapat dikatakan tandus dan tanaman yang umum ditemui disini adalah cendana (sandalwood) sebagai identitas Timor, bambu, lontar (bawaan dari Rote), dan kayu putih. Kegiatan pertanian juga bukan yang menjadi kegiatan utama di pulau ini. Perladangan jagung adalah kegiatan utama dengan jagung sebagai makanan pokok orang Timor.
Puncak tertinggi pulau ini ada di kawasan timur yakni Gunung Tata Mailau (2950 meter). Sementara itu, puncak tertinggi di kawasan barat berada di Gunung Mutis. Secara umum, karakteristik pulau ini berbukit-bukit dan bergunung-gunung. Namun demikian, cincin api tidak melalui pulau ini sehingga pulau ini cukup aman dari permasalahan gunung meletus. Pada daerah Timor Tengah, terdapat dataran tinggi Timor yang berada pada ketinggian 400-800 meter di atas permukaan laut. Jalan di daerah ini berkelok-kelok menukik dan menanjak serta miring mengikuti kontur bukit yang dilaluinya. Di daerah ini, hidup orang asli Timor Barat yakni Suku Atoni yang kebanyakan bermukim di Kefa Menanu dan So’E serta daerah-daerah di sekitarnya. Sementara itu, di belahan timur sana dari Tutuala hingga Atambua, daerah Belu, penduduk asli yang tinggal bernama Suku Tetum. Bahasa yang dipergunakan bervariasi, mulai dari bahasa Portugis di belahan timur sana, Bahasa Indonesia, bahasa Tetum-Porto (Tetum yang bercampur dengan Portugis, digunakan di sebagian besar Timor Leste), bahasa Tetum-Terik (Tetum yang dipergunakan di wilayah Belu), dan bahasa Dawan (Bahasa orang Atoni). Bahasa-bahasa ini kemudian dipergunakan dan bercampur kembali dengan faktor-faktor lokal sehingga dari sejumlah bahasa ini, dihasilkan sejumlah bahasa dan dialek baru. Menariknya, sesama orang Timor, walaupun tidak dapat berbicara bahasa lawan bicaranya, namun mereka dapat mengerti apa yang lawan bicaranya tersebut katakan. Secara umum juga dapat dikatakan, wilayah Timor Barat didominasi oleh Kristen Protestan (karena pengaruh penjajahan Belanda) dan Timor Leste didominasi oleh Kristen Katolik Roma (karena pengaruh penjajahan Portugis). Di beberapa tempat, seperti di Ambeno dan Kefa Menanu, dominasi Kristen Katolik Roma juga lebih terasa karena pengaruh ke-Portugis-an itu tadi. Namun, seperti layaknya Indonesia pada umumnya, kepercayaan tradisional animisme banyak berkembang disini. Di beberapa tempat, asimilasi animisme dengan kristen atau bahkan animisme murni masih ada. Kota terbesar di pulau ini antara lain Kupang, Atambua dan Dili. Sayang sekali, karena Dili dan Timor Leste sudah lepas dari Indonesia per Agustus 1999, maka kunjungan ke Timor Leste tidaklah semudah apabila Timor Leste masih menjadi Timor Timur. Anda perlu menyediakan passport dan visa untuk sampai ke Timor Leste, walaupun bus dari Atambua biasanya mampu untuk mencapai Motoain (perbatasan) dan kemudian lanjut ke Dili.

Januari 27, 2009

Mendarat Dan Kelilingan Bandara El Tari Kupang

Filed under: Nusa Tenggara Timur — lomardasika @ 10:56 am

Begitu pengeras suara berbunyi bahwa kita akan segera tiba di El tari, wah betapa senangnya hati ini. Sudah cukup penat selama kurang lebih 3 jam, saya menghirup udara kalengan. Enough, saya ingin mencium udara segar Timor.
Begitu mendarat di bandara El Tari (KOE), yang saya rasakan adalah puanash menyengat! Ya, walaupun dikelilingi oleh perbukitan yang nampak jelas di sekeliling bandara, cuaca di siang tiu terlampau terik dan awan pun bersih walaupun sejumput Cumulus berjuntai di udara. Badai Charlotte yang katanya masih mengamuk di Australia utara pun tidak memberi efek terlalu banyak pada cuaca yang terjadi di Kupang. Panas…
Satu hal yang paling mencolok dari bandara ini adalah tidak adanya tulisan yang memberitahukan kita, dimana kita berada saat ini. Rata-rata bandara yang pernah saya sambangi, umumnya selalu memiliki tulisan nama bandara di atas atap bangunan utama bandara yang bersangkutan. Jadi, penanda bahwa kita sudah sampai di Timor hanyalah bentuk fisik bangunan yang memang khas Timor. Bangunan yang harusnya terbuat dari rumbia dan ijuk tersebut terbuat dari sejenis seng berwarna kehijauan. Namun, berkat sinar matahari yang memancar panas, maka tidak jadilah saya berkeliaran di area landas pacu. Saya segera butuh untuk mendinginkan badan di dalam ruang tunggu bandara.
Sama seperti bandara kecil lainnya, KOE hanya memiliki satu ruangan besar tempat kedatangan yang berisi ban berjalan dan beberapa stand namun tanpa adanya informasi apapun baik berupa brosur atau apapun yang kiranya dapat membantu turis mencari informasi tentang kota ini. Sayang sekali, terminal kedatangan yang kiranya dapat dimaksimalkan untuk mempromosikan Nusa Tenggara Timur, jalur penerbangan lanjutan, jadwal kapal laut, angkutan darat, objek wisata dan hotel hotel, namun tidak digunakan secara maksimal untuk fungsi itu. Yang cukup mencolok hanyalah papan neon iklan Timor Express dan Timor Travel yang menyediakan mobil travel dari Kupang, Soe, Kefa Menanu, Atambua hingga Dili. Akhirnya, setelah saya yakin bahwa tidak ada brosur sama sekali yang dapat diminta dari tempat ini, saya segera keluar melangkahkan kaki menuju kota.
Bandara Udara El Tari terletak di Penfui, kecamatan Maulafa, Kota Kupang. Jarak dari Bandara hingga menuju pusat kota masih cukup jauh. Masih sekitar 14-15 kilometer. Begitu keluar dari ruang kedatangan, saya langsung berjumpa dengan wajah-wajah penjemput yang sumringah menantikan kehadiran sanak saudara mereka. Beberapa pria mendekati saya sambil menawarkan jasa taksi ataupun ojek mereka. Tampaknya Kupang cukup terkenal dengan ojeknya. Apabila anda kebelet, Toilet terletak di ujung bandara, jadi lumayan peregangan setelah cukup lama menempuh perjalanan di pesawat. Rasa lemas akibat baru saja muntah masih terasa sedikit di bibir bercampur dengan aroma kebahagiaan karena telah sampai di Tanah Timor. Ya, kalau begitu, tunggu apalagi? waktu tak bisa menunggu, mari kita langsung jelajahi bandara dan berangkat menuju kota!
Ada beberapa spot menarik di bandara yang dapat anda jadikan objek potrat potret. Salah satunya adalah patung Komodo lengkap dengan kolamnya sebagai citra dan identitas Nusa Tenggara Timur. Walaupun masih terletak sangat jauh di ujung barat Nusa Tenggara Timur, namun Komodo adalah hewan kebanggaan masyarakat NTT. Walaupun berpanas=-panas ria, namun saya memaksakan mencari objek menarik lainnya di bandara. Objek lainnya adalah Patung seorang jenderal (yang tampaknya adalah EL Tari sendiri). Saya tidak dapat menemukan identitas patung tersebut, namun logikanya, patung apa yang dibuat di dalam bandara kalau bukan pemilik nama bandara tersebut? Sayangnya, patung yang bercat putih tersebut sudah tampak terkelupas catnya karena terkena cuaca. Padahal, patung tersebut terletak di tengah-tengah taman yang menarik. Setelah itu, anda dapat menikmati berbagai flora khas Timor. Anda dapat menyaksikan sejumlah pakis-pakisan, lontar, kelapa dan palem, serta beberapa tumbuhan daerah kering dan hampir gurun seperti Tanah Timor ini.
Sedikit tips, jalan menuju perempatan adipura hingga anda bertemu kendaraan umum di depan bandara cukup jauh, sekitar 1 KM. Apabila memang anda memang merencanakan untuk berjalan kaki, maka anda bisa langsung mengabaikan semua tawaran ojek maupun taksi yang akan anda dapat hingga pintu gerbang, bahkan! Saya akan menggunakan kaki saya sambil berwisata keliling daerah bandara. Namun, apabila anda tidak siap berjalan kaki sejauh 1 KM di dalam udara panas, maka persiapkan kira-kira angkutan yang anda gunakan untuk keluar bandara dan menuju pusat kota. Dengan Taksi (mobil yang difungsikan sebagai taksi), kira-kira anda harus membayar Rp. 50.000 sementara dengan ojek, kira-kira biayanya Rp. 20.000. Kalau anda mau berhemat, anda bisa sampai di pusat kota dengan membayar Rp. 4.000 rupiah, namun anda harus berjalan kaki sejauh 1 KM dan ganti naik angkutan umum sebanyak 2 kali (Nomor 14/15 dan dilanjutkan dengan nomor 10 dari perempatan pertamina-actually, ini pertigaan!).
Berjalan kaki sejauh 1 KM sebenarnya tidak terlalu melelahkan karena yang disuguhkan adalah pemandangan savana Timor yang cantik (untungnya, saat itu baru saja hujan sehingga savananya berwarna hijau). Saya berjalan di ruas kiri, lokasi yang banyak dirindangi oleh pepohonan. Di beberapa tempat bahkan masih ada genangan air bekas hujan semalam. Anda akan menikmati pemandangan khas daerah ‘arid’ ini sepanjang anda berjalan keluar dari area bandara. Pemandangan yang akan anda nikmati adalah savana hijau dan pepohonan tunggal atau bergerombol tinggi pada salah satu sudutnya. Apabila anda jeli, anda akan mendapati sejumlah batu-batu karang berukuran variasi, mulai dari kecil hingga cukup besar dan berwarna hitam atau coklat beterbaran di penjuru padang rumput. Apakah ada orang iseng yang melakukan ini? Sayangnya tidak. Pulau Timor konon merupakan dataran di bawah permukaan laut. Lalu, kemudian karena proses suatu hal atau memasuki jaman es, dataran di bawah laut ini terangkat. Jadilah Pulau Timor yang kita kenal ini dengan hiasan batu-batu karang besar yang menghiasi padang rumputnya.
Setelah 1 KM berjalan, anda akan menjumpai satu perempatan besar dengan tugu adipura di tengahnya. Dari sini, anda bisa berjalan menuju Baumata, Penfui (daerah selatan dan timur Kupang) atau menuju Oesapa dan Kota Kupang (bagian tengah Kota Kupang). ambil jalan yang agak besar dengan ruas bolak balik terpisahkan oleh deretan pepohonan sebab itulah jalan yang akan membawa anda menuju kota. Jangan takut apabila anda tidak menjumapi apapun setelah cukup lama menunggu. Saya sendiri baru menjumpai angkotan umum setelah kurang lebih setengah jam menunggu. Ya, daerah ini memang jarang didatangi oleh angkotan umum. Namun, kedatangan angkotan umum ini bisa anda dengar dari bunyinya yang seperti terompet dimain-mainkan berkali-kali. Sangat lucu. Pilih antara nomor 14 atau 15 (lihat bagian atasnya) dan minta agar diturunkan di pertigaan/perempatan pertamina (pom bensin) maksudnya. iap-siap untuk melihat keindahan kota dari pinggir pantai terjal.

Januari 24, 2009

Terbang Kali Pertama Dengan Mandala Airlines Ke Kupang

Filed under: Nusa Tenggara Timur — lomardasika @ 2:54 am

Mandala Airlines memang telah jauh berbenah diri. Ini kali pertama saya menaiki jasa maskapai yang satu ini. Pesawat Airbus A320 telah mendominasi seluruh armadanya mulai tahun 2009 ini. Yup, menurut kabar, Mandala telah melepas semua Boeing mereka guna diganti dengan Airbus A320 baru yang jauh lebih hemat, lebih eco-flight, dan lebih lebih lainnya. Penyeragaman armada ini juga digunakan untuk menghema biaya operasional sehingga harga tiket bisa ditekan lebih rendah lagi. Seperti contoh, sekitar bulan September 2008, saya membeli tiket CKG – KOE (Jakarta – Kupang) PP untuk transit di Surabaya ‘hanya’ habis sekitar 650.000 IDR saja. Ketika saya melakukan cek harga ulang pada hari sebelum keberangkatan, harga satu kali jalan sekitar 1.100.000. Sungguh, sebuah penghematan yang luar biasa. Saya tidak akan mampu ke Kupang kalau harga tiketnya mencapai harga demikian.
Kembali lagi ke Mandala, Pesawat tiba tepat waktu dan penumpang pun check in tepat waktu. Ketika jam telah menunjukkan pukul 7.55 pagi, pesawat telah melaju, bersiap menuju runway.
Pesawat ini memang benar-benar baru, suatu kemajuan untuk maskapai lokal (namun kepemilikannya oleh asing ini). Mandala mengklaim standard keselamatannya nomor satu dan ternyata mereka memang dapat membuktikannya. Pramugari-pramugari cantik memeragakan standard prosedur keselamatan dengan anggun sebelum pesawat menderu membunyikan jetnya di runway. Mandala berbeda dengan AirAsia. Untuk Mandala, pada halaman boarding pass, terdapat nomor kursi tempat anda duduk sehingga anda tidak perlu berebut masuk ke dalam pesawat.
Perjalanan ke Surabaya akan ditempuh dalam waktu 1 jam 5 menit dan dari Surabaya ke Kupang akan ditempuh selama 1 jam 40 menit. Tinggi jelajah Kapal sekitar 35000-39000 kaki. Ini artinya, posisi pesawat akan berada di atas awan Cumulus dan Stratus dan terkena sinar matahari langsung. Namun, pesawat akan tetap terkena gangguan dari Awan Cirrus terutama ketika di musim penghujan seperti ini. Beberapa kali awak pesawat mengharuskan saya untuk kembali mengenakan sabuk pengaman karena melewati sejumlah daerah yang cuacanya kurang menguntungkan. Saya sendiri merasa seperti terombang-ambing di dalam pesawat sementara di luar warna putih menyilaukan (karena pesawat berada di dalam awan) tanpa kita dapat melihat sesuatu. Suhu di luar jendela pesawat bisa mencapai suhu -24 derajat Celcius, apabila anda mencoba untuk memegang jendela pesawat, pasti akan terasa dingin.
Sayangnya, saya tidak suka transit. Pengalaman Take Off, Landing, Menunggu, Take Off, Landing lagi adalah pengalaman yang kurang menyenangkan untuk saya. Rasa letih semakin menjadi-jadi karena pesawat harus naik turun sebelum sampai di lokasi tujuan. Terlebih, saya orangnya mudah mengalami mual apalagi ketika pesawat miring. Alhasil, dalam perjalanan Jakarta – Surabaya dan Surabaya – Kupang, saya muntah masing-masing sekali sehubungan dengan pesawat yang menabrak nabrak awan dan membuat sensasi yang tidak menyenangkan di perut saya. Begitu pengeras suara mengingatkan bahwa pesawat akan segera mendarat di Bandara El Tari, ah….lama dan penatnya perjalanan saya langsung hilang seketika! Saya ingin mencium daratan rasanya! Saya sama sekali tidak terbayang apabila harus berangkat ke Jayapura atau Merauke yang bisa mencapai berjam-jam lamanya.

Januari 17, 2009

Siap Berangkat Menuju Kupang!

Filed under: Nusa Tenggara Timur — lomardasika @ 3:55 am

Yippieee…..Penantia panjang ini akhirnya tiba juga. Akhirnya, 18 Januari akan terjadi pada esok hari! Sudah tidak sabar lagi untuk menantikan bahwa esok pagi saya akan berangkat ke ujung paling timur dari Kepulauan Sunda dan Ujung Terselatan dari Indonesia (sayangnya, saya tidak berencana ke Nemberala, Rote, titik terselatan Indonesia karena keterbatasan waktu). Pesawat Mandala yang akan saya tumpangi berangkat pukul 07.45 pagi dan akan tiba di Kupang pukul 12.25 siang waktu Indonesia Tengah. (note, Kupang masih masuk dalam wilayah Indonesia Tengah). Oh yah, menurut Itinerary, saya akan singgah terlebih dahulu di Juanda, Surabaya pada pukul 09.00 selama 30 menit dan kembali berangkat pada pukul 09.30.
Perjalanan saya di Timor Barat sendiri sebenarnya masih berupa tanda tanya. Akankah saya berjalan luru menuju arah timur atau berbalik dari timur ke barat? Kota yang menjadi singgahan antara lain Kupang, Soe, Niki-Niki, Kefamenanu, Atambua, Atapupu. Apabila berjalan terbalik, maka pada sore hari setelah saya tiba di Kupang, saya langsung naik kendaraan menuju Atambua (8jam perjalanan) guna memulai perjalanan terbalik saya. Apabila memang tidak, maka saya berencana untuk mengikuti misa sore hari di gereja Kupang dan baru memulai perjalanan keesokan harinya sesuai dengan rute perjalanan kota-kota utama di Timor Barat.
Saya sudah mendapatkan beberapa buah referensi hotel yang akan saya singgahi dan menurut informasi, Timor sedang masuk cuaca dingin yang berkaitan dengan hujan (adakah hubungannya dengan Badai Charlotte yang sedang mengamuk di Australia?). Jadi, dalam tas ransel, saa mempersiapkan jaket, syal dan payung. Mudah2an cuacanya cukup adem untuk dibawa berjalan-jalan namun cukup panas juga agar saya masih bisa melakukan kegiatan berjalan kaki. Ya Bapa, kiranya Kau sudi berkati perjalanan saya ini. Amin.

Desember 31, 2008

Penyakit Tropis Khas Rawa Dan Hutan : Malaria

Filed under: Nusa Tenggara Timur — lomardasika @ 6:42 am

Yap! Dosis Anti-Malaria saya sudah keluar. Akhirnya, setelah penantian panjang, saya berhasil bertemu dengan dokter yang akan memberikan saya resep obat anti malaria. Sebelumnya, proses ini memang harus melewati pemeriksaan fungsi hati terlebih dahulu atau yang lebih dikenal dengan nama SGOT/SGPT. Apabila diketahui fungsi hatinya baik (kisaran 0-37 U/L untuk SGOT/AST dan 0-45 U/L untuk SGPT/ALT) maka, pemberian obat akan tidak mengalami banyak hambatan. Mengapa pemberian anti-malaria harus melalui pemeriksaan fungsi liver sich? cukup merepotkan yach? Ternyata begini, plasmodium (hewan bersel satu sang parasit malaria) ini hidup di dalam hati manusia. Obat malaria akan bekerja di hati sehingga harus diketahui terlebih dahulu apakah hati yang akan mencerna racun (Hati memang berfungsi untuk mencerna racun dalam tubuh) dari obat masih dalam kondisi baik. Apabila tidak baik, maka akan dibutuhkan pengobatan lain untuk memperbaiki hati (hepatica), baru mengkonsumsi obat anti-malaria, apabila sangat terpaksa.
Obat malaria pun sangat beragam. Dimulai dari kina yang paling umum hingga artemisinin yang paling modern, diklaim sebagai bebas mual dan baru tersedia dalam bentuk injeksi. Kelemahan obat anti malaria memang hanya satu, reaksi yang sangat kuat bisa berakibat pada mual bagi si pengkonsumsi obat. Namun, reaksi ini bervariasi, dan ditunjang juga dengan kondisi lambung pasien yang bersangkutan. Apabila memang lambungnya bermasalah dan mempunyai riwayat Maag, maka obat-obatan ‘penyelamat’ maag harus diterjunkan terlebih dahulu, baru mengkonsumsi kina dan turunannya agar bisa mengurangi efek samping dari obat ini. Kina sendiri memiliki harga Rp. 500 per butir dan artemisinin tentu memiliki harga termahal (karena baru tersedia dalam bentuk injeksi). Untuk saran, dokter menganjurkan saya mengkonsumsi Fansidar (merupakan obat anti malaria dengan komposisi kina dan dipadu dengan obat-obatan lain yang mampu melawan plasmodium dalam beberapa fase–ingat, masa inkubasi malaria kurang lebih 7-14 hari). Kina diklaim kurang mampu menghadapi plasmodium dalam beberapa fase, selain fase dewasa. Oleh karena itu Fansidar menjadi jalan keluar lain untuk pengobatan anti-malaria yang lebih ampuh. Dosis pemakaian obat anti malaria adalah seminggu sebutir dan dikonsumsi selama 4 minggu sebelum keberangkatan dan 6 minggu setelah kepulangan (ingat, sekali lagi, masa inkubasi malaria cukup panjang). Apabila anda berada di sana cukup lama, pastikan selama di daerah endemis, anda tetap mengkonsumsi obat anti-malaria seperti ketentuan umum untuk menjaga anda dari penyakit tropis ini (selain dengan mengoleskan lotion anti nyamuk ke kulit dan berpakaian agak tertutup selama di daerah tersebut). Syukurlah, saya hanya berada disana sekitar 5 hari sehingga tidak dibutuhkan aturan yang terlalu ketat mengenai obat ini. Terlebih, apabila anda berada hanya di wilayah perkotaan, maka ancaman penyakit ini menurun secara signifikan walaupun masih terdapat sejumlah ancaman. Mencegah adalah jauh lebih baik daripada terkena malaria yang mampu menurunkan produktivitas hingga menimbulkan kematian.

Desember 30, 2008

Waiting For Tonight at Kuta Square and Starbucks Kuta

Filed under: Bali — lomardasika @ 4:27 am

Asyik juga menunggu detik-detik pergantian tahun di Bali. Tentu, Kuta adalah magnet dan juga pusat acara pergantian tahun di Bali dan mungkin juga di Indonesia Tengah? Buat yang mau ngerayain ganti tahun di Kuta dan sekitarnya, sebaiknya mulai jalan dech ketika matahari mulai condong ke arah barat dan siap untuk terbenam. Siap-siap aja untuk terjebak macet di Simpang Siur (actually, mulai dari siang pun bisa dipastikan semua orang akan terjebak macet di persimpangan ini). Segala macam taksi, kendaraan dan orang akan lalu lalang memenuhi daerah ini. Siap-siap aja merasakan histeria dan denyut spirit perayaan masyarakat Bali dan warga Dunia (lihat aja yang berseliweran, malah didominasi oleh warga kaukasian, hispanik dan asia timur). Nah, lalu, setelah sampai di Kuta, gak usah bingung buat ngabisin waktu. Yakin dech, 6-7 jam menunggu disini gak akan membuat satu detik pun elo akan mati gaya. Terlalu banyak kegiatan yang bisa dilakukan di Kuta dan Legian selama menunggu. Kalau jadwal gue, ketika matahari mulai terbenam, mulai dari pukul 5 hingga 6 bahkan 7 (terkadang, pukul 7 di Bali masih lumayan terang) adalah menyambangi Pnati Kuta dan membaur dengan ratusan (ribuan?) turis lokal dan dunia untuk bersantai di bibir laut tersebut. Nikmati Tato temporer, kepang rambut, dan kalau sempat, bermain dengan ombak-ombak yang berkejaran berbarengan dengan turis-turis lainnya. Inget aja, anginnya bakalan kenceng banget!
Nah, seusai matahri terbenam, berbondong-bondong turis akan meninggalkan pantai dan memenuhi pusat hiburan lain di seputaran Kuta. Ngisi perut dulu donk! Banyak café dan restoran baik bintang lima hingga kaki lima yang tersebar di Kuta dan Legian. Mau makanan murah-meriah, coba dech cari di dalam gang-gang poppies yang hangat hingga ke Kuta Square. Mau cari yang sedikit berkelas? Jelajahi Kuta Square, Kartika Plaza hingga Discovery Mall untuk memenuhi teriakan perut anda yang minta diisi. Pilihan malam itu jatuh ke Dulang Café yang berada tepat di tengah-tengah Kuta Square. Dulang Café menyediakan ragam menu internasional dan cenderung agak oriental. Menu Ayam Kung Pao-nya boleh dicoba.
Makan nggak sampai 1 jam donk? Selepas makan malam, anda punya dua pilihan, berkunjung ke dalam mall Discovery atau menikmati histeria di seputaran Legian. Saya memilih keduanya! Selama kaki masih asyik untuk diajak berjalan, saya rela melakukan keduanya. Khusus di Legian, Monumen Bom Bali cukup diterangi cahaya dan masih banyak turis berfoto di lokasi sehingga masih masuk daftar lokasi yang wajib dikunjungi sekaligus mendoakan korban bom yang tewas pada malam 12 Oktober 2002 lalu. Nggak lupa untuk cuci mata dengan club-club di pinggiran Legian yang hip banget sampai vintage banget, kemudian masuk keluar distro-distro pantai yang terkadang malahan meng-garage sale produk mereka. Nggak kalah dengan produk luar, toko-toko souvenir di sepanjang Legian juga cukup unik untuk disambangi. Bisa nich sekalian sambil melihat-lihat produk kerajinan tangan seperti miniatur alat musik yang lucu.
Nah, sudah jam 10. Tentu, denyut kehidupan Bali terutama Kuta di saat malam pergantian tahun tidak berhenti di waktu ini. Setelah capai berjalan kaki, saatnya untuk duduk dan meregangkan kaki yang berjasa selama perjalanan di Bali. Café untuk leyeh-leyeh menjadi tujuan utama untuk duduk dan bersantai. Sudah pasti, ngomongin kopi, pasti langsung keluar satu nama : Starbucks. Ya, ada Starbucks di Kuta Square. Lokasi di depan Starbucks cukup lucu untuk dijadikan arena berfoto. Disini, terdapat sejumlah papan surfing yang menarik dan dapat diabadikan. Meregangkan kaki cukup sekitar satu hingga satu setengah jam. Jangan sampai anda melewatkan detik-detik pergantian tahun karena terkungkung di dalam café. Saya memesan Double Shot Espresso Macchiato. Agak keras dan tampaknya saya salah memilih untuk menemani malam saya. Tidak apa-apa, sofa empuk, majalah, dan teman-teman yang ramai cukup membantu memeriahkan suasana. Agak sedikit sukar mendapatkan kursi di jam-jam seperti ini. Pastikan bahwa rombongan anda mendapatkan tempat di Starbucks. Semua orang memiliki pikiran yang sama pada malam ini, bersantai sebelum keluar dan menikmati detik pergantian tahun.
Sudah beli terompet untuk dibunyikan? Kalau sudah, silahkan keluar dan bergabung bersama ratusan (ribuan?) orang warga lokal, turis lokal, dan turis mancanegara untuk merayakan pesta pergantian tahun di Bali dan Indonesia Tengah. Silahkan pilih spot termenarik yang menurut anda layak untuk anda pantengin hingga Tahun Baru tiba. Nikmati tarian Bali dan gamelan, konser musik, hingga pesta kembang api di lepas pantai. Siapkan tangan anda untuk menyambut ucapan selamat tahun baru dari turis-turis yang melintas. Selamat Tahun Baru!

Desember 27, 2008

Discovery Mall, Mall di Kartika Plaza dengan Konsep Pantai

Filed under: Bali — lomardasika @ 2:49 am

Mall ini terlihat jelas di Jalan Kartika Plaza, Kuta di jalan yang menuju arah Tuban. Mungkin, dari sejumlah Mall, mall ini yang sudah masuk dalam kategori mall mewah di Bali. Terletak persis di depan Waterbom Kuta, akses menuju Discovery Mall sebenarnya tidak terlalu sulit. Dengan jalan kaki pun (jalan kaki sehat pastinya) anda sudah bisa mencapai mall ini. Berjalan kakilah dari arah Kuta, melewati Kuta Square, hingga ke pasar seni yang banyak menjajakan tato temporer. Nah, anda sudah sampai di Jalan Kartika Plaza. Berjalan kaki lagi menyurusi jalanan tersebut, maka anda akan melihat mall tersebut di sisi kanan. Lama waktu perjalanan dengan berjalan kaki sekitar 20 menit.
Isi dari mall ini tentu saja tidak begitu menarik untuk dibicarakan. Hampir serupa dengan mall-mall yang ada di kota besar lainnya, mall ini memiliki sejumlah restoran yang cukup terkenal, café, butik dan sejumlah tenant lainnya. Ya, tempat ini dipenuhi oleh kawula muda Bali yang ingin menghabiskan malam hari mereka di dalam mall. Uniknya dari mall ini adalah di salah satu sudut pintu keluar mall, anda langsung akan terhubung dengan pantai. Ya, Discovery Mall terhubung langsung dengan Samudera Hindia disisi barat Pulau Bali. Pantai ini menjadi area favorit orang untuk bersantai dibandingkan dengan lokasi di dalam mall. Terkadang, lokasi pelataran sebelum pantai digunakan untuk konser atau pagelaran pertunjukkan musik, seni dan budaya. Bagi saya, mall hanya patut dikunjungi pada malam hari ketika semua lokasi wisata lainnya yang hanya beroperasi pada saat matahari terbit hingga terbenam. Dengan kata lain, kita tidak terjebak di mall pada siang hari dan bisa menghabiskan malam hari di Bali dengan berkunjung ke mall Bali. Maka, pengorganisasian waktu kunjungan di Bali akan menjadi sangat optimal.

Desember 26, 2008

Ayo, Jalan-Jalan Ke Dreamland, Si Pantai Pecatu, Uluwatu

Filed under: Bali — lomardasika @ 7:50 am

Ini dia, si Kuta Baru atau Pantai Pecatu yang ramai dibicarakan orang-orang karena sempat dikenal sebagai pantai topless. Terletak di Jalan Raya Uluwatu, selepas GWK, Ungasan, sebelum Uluwatu, pantai ini memang tidak terlihat dengan jelas dan tidak akan menarik banyak orang apabila anda belum pernah mendengarnya. APabila anda berjalan dari arah Ungasan ke selatan menuju Uluwatu, maka di sebelah kanan anda nantinya akan terlihat seperti sebuah kompleks perumahan besar, lengkap dengan patung-patung besar khas Bali (salah satunya Garuda Wishnu Kencana) namun sangat jelas terlihat bahwa perumahan tersebut terlantar. Hal ini terlihat dengan jelas dari kondisi dinding perumahan tersebut yang tidak dicat, tidak tampak adanya progress pembangunan di dalam kompleks dan juga bagain dalam kompleks yang terlihat jelas lebih didominasi oleh tanaman dan rumput liar dibanding perumahan.
Alkisah, waktu jaman kekuasaan Presiden Soeharto pada masa itu, anak beliau yakni Tommy Soeharto hendak membangun sebuah kompleks perumahan mewah yang disebut-sebut sebagai Dreamland di daerah Pecatu. Maka, daerah yang anda lihat tadi adalah lokasi dimana pembangunan perumahan tersebut berdiri. Sayangnya, ketika masih dalam tahap awal pembangunan kompleks tersebut, Indonesia diterpa krisis dan Presiden Soeharto digulingkan dari kekuasaan. Maka, berakhirlah kekuasaan Presiden Soeharto kala itu dan berakhirlah pula proyek-proyek pembangunan yang ada di seluruh Indonesia, terutama yang dikerjakan oleh anak-anak dan kerabatnya, salah satunya adalah Kompleks Perumahan Mewah Dreamland yang disebut-sebut ini. Kompleks ini, direncakan akan sangat mewah karena akan digunakan sebagai resort pantai dengan segala fasilitas bintang lima dan tidak ketinggalan club dan, konon, kasino. Pokoknya, kompleks ini direncakan sebagai lokasi peristirahatan sekaligus hiburan bagi kaum berpunya. Sayangnya, kompleks ini tidak pernah terwujud dan tidak akan pernah terwujud, setidaknya hingga saat ini. Kompleks tersebut masih sama kondisinya seperti waktu pertama kali ditinggalkan, mungkin lebih parah dengan hancurnya beberapa bagian dan tanaman liar yang semakin tumbuh banyak.
Namun, akses perumahan Dreamland menuju Pantai Pecatu yang juga disebut-sebut sebagai Kuta Baru, tempat kaum jet set bersantai tetap terbuka. Lokasi Pantai Pecatu ini terletak cukup jauh dari bibir gerbang pintu masuk. Sangat masuk akal untuk menjelaskan mengapa pantai ini tidak terlalu tenar. Anda harus berputar-putar di dalam kompleks sambil menyaksikan proses pembangunan yang terhenti. Namun, selang beberapa lama kemudian, ada sebuah pos jaga yang bertuliskan tiket masuk. Tiket masuk ke pantai ini cukup murah, hanya Rp. 5.000 per orang dan kendaraan Rp. 5.000. Tidak beberapa lama lagi, anda akan sampai di lokasi parkiran yang berhadapan langsung dengan pantai spektakuler ini. Pantai ini terletak jauh di bawah lokasi parkiran. Satu-satunya akses menuju pantai adalah ratusan anak tangga alami yang dapat anda turuni hingga mencapai bibir pantai. Beberapa restoran dan penginapan kecil-kecilan dapat anda temui di sisi pantai. Selepas itu, sampailah anda di Pantai Pecatu.
Ya, saya tidak bohong. Pemandangan pantai ini sungguh luar biasa. Pasirnya putih dan sangat tebal hingga membuat sukar berjalan, fondasi batu karang besar di pinggir pantai mengingatkan kita bahwa kita berada tidak jauh dari pantai tebing Uluwatu. Formasi batu-batu karang besar juga menghiasi bibir pantai, menghadirkan pemandangan unik yang menarik. Para pelancong yang sampai ke tempat ini kebanyakan melakukan kegiatan berjemur dan bermain air. Sayang sekali, isu turis topless ternyata sudah ketinggalan jaman. Turis tersebut topless ketika pantai ini belum terlalu dikenal orang. Sekarang, setelah Pantai Pecatu mulai naik pamor, semakin sedikit turis yang bertopless ria. Namun, konon, katanya anda bisa berjumpa dengan turis yang topless saat pagi-pagi atau saat sepi lainnya. Berminat barangkali?
Kebanyakan turis yang sampai ke tempat ini justru didominasi oleh anak muda lokal Bali. Jarang diantara turis yang berkunjung menggunakan mobil. Kebanayakn justru menggunakan sepeda motor berboncengan dengan temannya guna sampai ke pantai ini. Walaupun demikian, sejumlah turis asing – walaupun tidak sebanyak Kuta- akan dengan mudah anda temui di pantai ini. Satu lagi, pantai ini katanya terkenal dengan keindahan sunsetnya sehubungan dengan lokasi yang menghadap arah barat. Sayangnya, ketika saya berada disana, awan tebal menutup matahari sehingga saya tidak bisa memutuskan apakah sunsetnya indah atau tidak. Buat anda yang ingin berkunjung ke Pantai Pecatu atau Pantai Kuta Baru atau Pantai Dreamland (umumnya nama ini yang paling terkenal), jangan lupa perhatikan jalan ketika anda sudah melewati Ungasan, sebelum sampai di Uluwatu, ketika berada di daerah Desa Pecatu. Patung Garuda Wishnu Kencana kecil (tidak sebesar yang di GWK) akan menyambut anda di pintu gerbang perumahan Dreamland.

Desember 24, 2008

Cek SGOT/SGPT Sebelum Masuk Wilayah Endemik Malaria

Filed under: Nusa Tenggara Timur — lomardasika @ 6:47 am

Kunjungan ke wilayah endemik penyakit tertentu memang bukan sesuatu yang cenderung mudah untuk dilakukan. Diperlukan kesadaran bagi kita, sang traveller untuk mempersiapkan segalanya sedini mungkin sebelum terjun ke wilayah endemik. Sebelum berkunjung ke Timor Barat, wilayah Ntt yang tentunya masih endemik malaria, maka saya perlu melakukan beberapa persiapan terlebih dahulu.
Tentunya, pertama tama saya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk meminta dosis obat anti malaria. Berdasar informasi yang pernah saya dapatkan, obat malaria itu ada berbagai macam jenis, mulain dari yang paling standard dikenal orang seperti kina, hingga yang agak asing seperti melfoquinine dan yang terbaru artemisinin. Nah, saya baru dapat info dari dokter bahwa obat anti malaria memiliki efek samping yang agak kurang baik bagi tubuh terutama untuk orang-orang yang daya resisten terhadap obat tidak begitu bagus. Obat anti malaria memiliki efek mual dan bahkan muntah. Hal ini tergantung kondisi tubuh seseorang yang mengkonsumsi obat ini. Pada beberapa kasus bahkan obat malaria tidak berefek mual sama sekali, sungguh menyenangkan! Berdasarkan info, artemisinin adalah obat anti malaria terbaru yang konon bisa menghilangkan efek muntah sama sekali, namun tetap ampuh dalam memerangi malaria.
Nah, berdasarkan info general juga, obat anti malaria ini harus dikonsumsi setidaknya sebulan sebelum memasuki daerah endemik, dan beberapa minggu sesudahnya setelah keluar dari daerah endemik untuk memastikan bahwa saya benar-benar kebal terhadap malaria.
Nah, berhubung sang dokter tidak memiliki medical record sama sekali terhadap saya, maka saya dianjurkan untuk tes liver dengan tes SGOT/SGPT ke Lab. Saya memilih lab mahakam karena hasilnya bisa diperoleh dengan cepat apabila tes dilakukan pada pagi hari. Sayangnya, saya jarang mengambil darah, oleh karena itu saya begitu tegang pada saat pengambilan yang mengakibatkan lengan saya sakit ketika alat suntiknya mulai menembus lengan saya “ouch!”. Tes seharga Rp. 48.000 (untuk dua tes yakni SGOT dan SGPT) tersebut tampaknya cukup baik. Hasil SGOT/SGPT saya masih di dalam range yang wajar. Untuk obatnya, saya tinggal menunggu anjuran dokter saja. Mudah-mudahan, obat yang dikonsumsi tidak akan membuat mual yach.

« Newer PostsOlder Posts »

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.